Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 - 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang). Kerjaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan Pulau Sumatera. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha,[1] kemudian sekitar abad ke-14 kerajaan ini beribukota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan Banten.[2]
Pada tahun 1579, ibukota Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Maulana Yusuf, sebelumnya dua pelabuhan utama Kerajaan Sunda dikuasai oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527, Kalapa oleh Fatahillah dan Banten oleh Maulana Hasanuddin.
Nama Sunda disebutkan dalam prasasti, naskah-naskah kuno dan catatan
sejarah dari luar negeri, secara tegas Sunda merujuk kepada
nama kawasan.[3]
Diduga sebelum keruntuhannya tahun 1579, Kerajaan Sunda telah mengalami
beberapa kali perpindahan pusat pemerintahannya, mulai dari Galuh dan
berakhir di Pakuan Pajajaran.
Catatan Sejarah dari Cina
Menurut Hirth dan Rockhill,[4]
ada sumber Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti
Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Zhao Rugua
mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar
mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Zhufan Zhi, yang ditulis tahun 1225, menyebutkan pelabuhan di "Sin-t'o". Zhao melaporkan bahwa:
"Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja
dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun di atas tiang (rumah
panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan
dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan.
Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain
katun dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada
yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih
tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Tuban, Jawa Timur). Negara ini
menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman"
Buku perjalanan Cina Shunfeng xiangsong dari sekitar 1430 mengatakan :
"Dalam perjalanan ke arah timur dari Shun-t'a, sepanjang pantai utara
Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa,
mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya
dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal
dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati
Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon."
Catatan Sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tomé Pires dari Portugal. Dalam bukunya Suma Oriental (1513 - 1515) ia menulis bahwa :
"Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari
seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda
luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya"
Temuan Arkeologi
Di wilayah Jawa Barat ditemukan beberapa candi, antara lain Percandian Batujaya di Karawang (abad ke-2 sampai ke-12) yang bercorak Buddha, serta percandian Hindu yaitu Candi Bojongmenje di Kabupaten Bandung yang berasal dari abad ke-7 (sezaman dengan percandian Dieng), dan Candi Cangkuang
di Leles, Garut yang bercorak Hindu Siwa dan diduga berasal dari abad
ke-8 Masehi. Siapa yang membangun candi-candi ini masih merupakan
misteri, tetapi pada umumnya disepakati bahwa candi-candi ini dikaitkan dengan
kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Jawa Barat, yaitu Tarumanagara,
Sunda dan Galuh.
Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca Caringin", karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-residen Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari, dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara Guru, Ganesha dan Brahma. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10.
Di situs purbakala Banten Girang,
yang terletak kira-kira 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten
sekarang, terdapat reruntuhan dari satu istana yang diperkirakan
didirikan pada abad ke-10. Banyak unsur yang ditemukan dalam reruntuhan
ini yang menunjukkan pengaruh Jawa Tengah.
Situs-situs arkeologi lain yang berkaitan dengan keberadaan Kerajaan Sunda, masih dapat ditelusuri terutama pada kawasan muara Sungai Ciliwung termasuk situs Sangiang di daerah Pulo Gadung. Hal ini mengingat jalur sungai merupakan salah satu alat transportasi utama pada masa tersebut.[5]
Naskah Kuno
Selain dari beberapa prasasti dan berita dari luar, beberapa karya sastra dan karya bentuk lainnya dari naskah lama juga digunakan dalam merunut keberadaan Kerajaaan Sunda,[6] antaranya naskah Carita Parahyangan, Pararaton, Bujangga Manik, naskah didaktik Sanghyang siksakanda ng karesian, dan naskah sejarah Sajarah Banten.[7]
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar